Tanggapan pertumbuhan bibit jambu mete (Anacardium occidentale L.) dengan kedalaman tanam dan konsentrasi atonik yang berbeda
Abstract
Tanaman jambu mete merupakan salah satu komoditi perkebunan yang mempunyai prospek nilai ekspor yang cukup baik, terutama ke negara Jepang. Tanaman ini merupakan penghasil kacang mete dan minyak CNSL (Cash Nut Shell Liquid). Usaha dalam rangka peningkatan ekspor jambu mete sebenarnya telah banyak dilakukan pleh pemerintah swasta maupun masyarakat, akan tetapi petani masih banyak mengalami kerugian. Halmini disebabkan karena sebagian besar petani belum mengetahui cara-cara pembudidayaan tanaman jambu mete yang baik. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh dalam tanam dan konsentrasi Atonik yang sesuai untuk pertumbuhan bibit tanaman jambu mete varietas lokal. Percobaan dilaksanakan dilahan milik petani di Dese Setono, Kecamatan Jenengan, Kabupaten Ponorogo. Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok yng disusun secara faktorial dengan diulang tiga kali. Faktor pertama adalah kedalaman tanam [ D ] yang terdiri dari 3 macam, yaitu D1 = kedalaman tanam 0 cm [ sejajar permukaan tanah ], D2 = kedalaman tanam 5 cm dan D3 = kedalaman tanam 10 cm. Sedangkan faktor kedua adalah konsentrasi atonik [ K ] yang terdiri dari tiga tingkat, yaitu K1 = konsentrasi 200ppm, K2 = konsentrasi 500ppm, K3 = konsentrasi 800ppm. Parameter yang diamati secara non destruktif meliputi : prosentase tumbuh, tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang, sedangkan pengamatan dengan pemanenan secara. Hasil percobaan menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara macam kedalaman tanam dengan konsentrasi penyemprotan atonik terhadap pertumbuhan bibit jambu mete dibibitkan pada variabel tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, panjang akar, berat brangkasan basah dan berat kering tanaman. Sedangkan untuk pengamatan prosentase tumbuh tidak terdapat interaksi. Perlakuan kedalaman tanam 5 cm memperlibatkan prosentase tumbuh , tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, panjang akar, berat brangkasan basah dan berat kering tanaman tertinggi, kemudian diikuti oleh kedalaman tanam 0 cm [ sejajar permukaan tanah ] dan yang terakhir dengan kedalaman tanam 10 cm. Perlakuan konsentrasi penyemprotan atonik sebesar 500 ppm menunjukkan hasil tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, panjang akar, berat brangkasan basah dan berat kering tanaman yang terbesar, kemudian diikuti oleh konsentrasi 200 ppm dan terakhir 800 ppm.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Abidin, Z, 1989. Dasar-dasar Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Sinar Baru. Bandung.
Anonymous, 1979. Bercocok Tanam Jambu Mete. Departemen Pertanian Informasi Pertanian Jawa Timur.
_________, 1986. Budidaya Jambu Mete. Departemen Pertanian. Balai Informasi Pertanian Jawa Tengah.
Dwidjoseputro, D. 1986. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT. Gramedia. Jakarta.
Harjadi, S.S. 1983. Pengantar Agronomi. PT. Gramedia, Jakarta. P.103-169.
Heddy, S, 1986. Hormon Tumbuhan. CV. Rajawali. Jakarta.
Kusumo, S. 1990. Zat Pengatur Tumbuh. CV. Yasaguna. Jakarta.
Lingga, P. 1991. Petunjuk Penggunaan Pupuk. PT. Penebar Swadaya, Jakarta. P.55-62.
Mulyohardjo, M. 1978. Pedoman Bercocok Tanam Jambu Mete. Departemen Pertanian. Direktorat Jendral Perkebunan. Jakarta.
Ohler, J.G. 1990. Jambu Mete dan Masalahnya. Alih Bahasa oleh Ika
Rochdjatun Sastrahidyat dan Soemarno D.S. Kalam Mulia, Jakarta Pusat.
Rinsema, W.T. 1986. Pupuk dan Cara Pemupukan. Diterjemahkan oleh M. Saleh. Bhatara Karya Aksara, Jakarta.
Rismunandar, 1979. Jambu Mete dan Advokat. NV. Masa Baru. Bandung.
DOI: https://doi.org/10.26905/flora.v9i1.8741
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Flora has been tools:
Index Copernicus International (ICI)
Departement of Agrotechnology Faculty of Agriculture, University of Merdeka Malang (PDKU Ponorogo) Mailing Address: Address: Jl. Pacar No.30, Ponorogo, 63418, Indonesia Email: [email protected]
|