Pengaruh konsentrasi dan saat pemberian dekamon 22,43 L terhadap pertumbuhan bibit panili (Vanilla planifolia Andrews)

Agus Suryanto

Abstract


Tanaman panili (Vanilla Planifolia ) merupakan salah satu jenis komoditi yang bernilai ekonomi yang cukup tinggi dan memiliki prospek yang cukup cerah disektor non migas, baik untuk pendapatan petani maupun sebagai penghasil devisa negara. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kepekaan tanaman terhadap konsentrasi Dekamon 22,43 L dan kepekaan tanaman panili terhadap saat pemberian Dekamon 22,43 L yang tepat untuk pertumbuhan bibit panili. Penelitian dilaksanakan di lahan kebun milik petani, Desa Pudak Wetan, Kecamatan Sooko, Kabupaten Ponorogo, Propinsi Jawa Timur. Gambaran umum tentang lokasi penelitian ini berada pada ketinggian kurang lebih 750 m diatas permukaan laut, rata-rata curah hujannya 350 mm per bulan dengan kelembapan relatif mencapai 70 sampai 80% pH tanah antara 6 samapai 6,5 serta jenis tanahnya Gromusol, sedangkan penghisupan masyarakat rata-rata adalah bercocok tanam. Penelitian ini menggunaka Rancangan Acak Lengkap (Completely Randomized Design) dengan 2 faktor perlakuan (3 x 3) dan 3 ulangan. Faktor pertama adalah aras konsentrasi Dekamon 22,43 L (K) yang terdiri dari 3 aras, yaitu k1 = konsentrasi Dekamon 22,43 L 500 ppm k2 = konsentrasi Dekamon 22,43 L 1000 ppm dan k3 = konsetrasi Dekamon 22,43 L 1500 ppm. Faktor kedua adalah saat pemberian Dekamon 22,43 L (S) yang terdiri dari 3 aras, yaitu : s1 = diberikan pada saat tanaman berumur 15 hari setelah tanam, s2 = diberikan pada saat tanaman berumur 30 hari setelah tanam dan s3 = diberikan pada saat tanaman berumur 45 hari setelah tanam. Pengamatan nondestruktif meliputi : kecepatan pembentukan tunas dan jumlah tunas, sedangkan dengan cara dibongkar meliputi : panjang tunas, berat segar tunas, berat kering tunas, jumlah akar, panjang akar, berat segar agar, berat kering akar, jumlah ruas, jumlah daun dan luas daun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi yang nyata antara berbagai aras konsentrasi Dekamon 22,43 L dengan berbagai aras saat pemberian dekamon 22,43 L terhadap pertumbuhan bibit panili pada parameter : kecepatan pembentukan tunas, panjang tunas, panjang akar, berat kering akar, panjang ruas. Sedangkan pada parameter : jumlah tunas, berat kering tunas, berat segar tunas, jumlah akar, jumlah ruas, jumlah daun, luas daun tidak menunjukkan pegaruh yang nyata. Secara keseluruhan dari berbagai perlakuan konsetrasi dan saat pemberian dekamon 22,43 L menunjukkan bahwa pada kombinasi perlakuan (k1 s3 dan k3 s3) mengalami pertumbuhan yang terbaik diantara kombinasi perlakuan yang lain.

Keywords


Vanili, Konsentrasi, Dekanon

Full Text:

PDF

References


Anonymous. (1978). Panili di Indonesia. Badan Pengembangan ekspor nasional. Departemen Perdagangan dan Koperasi. 30.

. (1982). Mengenal Tanaman Panili. Buletin informasi pertanian. Balai informasi pertanian gedong johor, Medan. 30.

. (1985). Bercocok Tanaman Panili. Balai informasi pertanian Jawa Timur. Departemen Pertanian. 34.

. (1986). Pedoman Bercocok Tanaman Panili Proyek Informasi Pertanian. Balai Informasi pertanian Wonocolo Jawa Timur. Departemen pertanian. 30.

. (1982). Budidaya dan Pengelolaan Panili. Trubus no. 270. Mei 1992. 4 – 7.

Abidin, Z (1982). Dasar-dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh. Angkasa Bandung. 85.

Budi Santoso, H. (1988). Panili Budidaya dan Analisis Ekonomi. Sinar Baru Bandung. 85.

Danoesastro, H. (1973). Zat Pengatur Tumbuh Dalam Pertanian. Sinar Baru Bandung. 85.

Darmawan, J. (1983). Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT. Suryandaru Utama. Semarang. 89.

Dhalini, (1982). Penurusan Tanaman Lada.

Dwijoseputro, D. (1988). Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT. Gramedia. Jakarta. 232. 143 – 149 p.

Evans, H. (1951). Investion of The Propagation of Cakau. Tropical Agricultural no 7 : 147 – 151.

Heddy. S (1989). Pengantar Fisiologi Tumbuhan. CV. Rajawali. Jakarta. 149.

Kusumo, S. (1990). Zat pengatur Tumbuhan Tanaman. CV. Yasaguna Jakarta . 75.

Lingga, P. (1986). Petunjuk Penggunaan Pupuk. PT Penebar Swadaya. Jakarta. 79.

Ngatidjo, A. (1973). Fisiologis Tanaman. Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. 524.

Rismunandar. (1987). Bertanam Panili. PT. Penebar Swadaya. Jakarta. 90.

Rismunandar. (1988). Hormon Tanaman dan Ternak. PT. Penebar Swadaya. Jakarta. 56.

Rochiman, Koesriningrum dan Harjadi, S,. (1973). Pengantar agronomi. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor. 72.

Sasrosoedirdjo, R.S. (1988). Bercocok Tanam Panili. CV. Yasaguna, Jakarta. 89.

S. B. Tyasono. (1979). Panili Menguntungkan Bagi Petani Yang Rajin. Seri Indonesia Membangun no. 25 CV. Masa bBaru Jakarta. 37.

Usman, N. (1986). Pedoman Praktis Budidaya Perkebunan. P. D. Mahkota Jakarta. 190

Wirawan, G.N. (1986). Mari Menanam Panili. C.V. Simplex Jakarta. 72.

Wudianto, R. (1992). Membuat Stek Cangkok dan Okulasi. PT. Penebar Swadaya Jakarta. 190.




DOI: https://doi.org/10.26905/flora.v8i2.8783

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


 

Flora has been tools:

Index Copernicus International (ICI)

 


Departement of Agrotechnology
Faculty of Agriculture, University of Merdeka Malang (PDKU Ponorogo)
 

Mailing Address:

Address: Jl. Pacar No.30, Ponorogo, 63418, Indonesia
Email: [email protected]