PENELUSURAN HISTORIS MELALUI VISUAL BANGUNAN ART DECO SEBUAH UPAYA BUFFER KUALITAS WAJAH KOTA KE ERA KOMERSIALISASI DI MALANG
Abstract
Penelusuran historis sebagai upaya dalam menata performance wajah kota telah lama dilakukan dibeberapa negara maju di Eropa dan Amerika, bahkan merambah di Asia Tenggara seperti Singapura dan Malaysia, yangmana telah banyak memberi nilai tambah bagi aset pariwisata kota melalui penandaan tempat atau kawasan seperti Chinatown, Little India, ataupun Raffles City . Dalam beberapa hal, peningkatan atau performance suatu kawasan tersebut selalu ditandai dengan sentuhan-sentuhan terhadap bangunan-bangunan yang memiliki nilai-nilai tertentu, baik secara visual bangunannya yang dikuatkan pada nilai-nilai historisnya. Fenomena perkembangan pembangunan kota hingga saat ini belum beranjak dari era komersialisme sebagai bagian dari modernisme kehidupan kota, terutama di Indonesia (secara umum). Apapun yang bernilai komersial menjadi alasan yang dianggap cukup kuat untuk membangun yang baru dan membongkar yang lama (yang bernilai histories). Fenomena yang sama tidak ada kecuali terjadi di kota Malang. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir ini, telah dibangun puluhan fasilitas komersial di kawasan kota Malang baik berupa ruko, kantor, hotel, dsb yang didirikan dengan mengabaikan aspek keselarasan dan kesinambungan kualitas wajah kota. Bahkan sebagian besar cenderung melanggar aturan-aturan teknis pembangunan yang ditetapkan pihak Pemkot. Kota Malang memiliki karakteristiknya sendiri sebagai salah satu kota koloni Belanda. Sejak tahun 1914 kota Malang direncanakan dengan sangat baik oleh arsitek Belanda Thomas Karsten. Perkembangan arsitektur kota Malang pada masa kolonial tidak lepas dari pengaruh arsitektur modern yang sedang melanda pada waktu itu. Tak terkecuali pada era 1920 dan 1930 an, saat berkembangnya style Art Deco di Eropa. Dalam beberapa kasus bangunan kolonial di kota Malang, karakteristik Art Deco masih eksis dan relevan dengan perkembangan jaman hingga saat ini. Sebagai contoh adalah bangunan yang berada di kawasan Kayutangan. Art Deco sebagai semangat berarsitektur (walaupun belum ada penelitian tentang hal ini), dapat dirasakan hingga saat ini. Gaya minimalis yang banyak digemari saat ini diyakini oleh sebagian arsitek di Indonesia memiliki kekuatan rancangan Art Deco. Salah satu ciri streamline hasil fabrikasi serta teknik pembentukannya dipandang sukses membentuk citra masa lampau sekaligus masa kini. Di beberapa negara di Eropa (Perancis, Belanda, dsb), dan Amerika ( Miami), style Art Deco memberi peran yang cukup besar bagi wajah kota dan kontribusi bagi kepariwisataan hingga dikenal hingga saat ini. (Tinniswood: 2002, Cherwinsky: 1981). Wajah bangunan kota Malang memiliki sebagian dari karakteristik Art Deco. Mendasarkan pada wacana Art Deco sebagai semangat berarsitektur, tentunya aset-aset bangunan yang masih tersisa di Kota Malang menjadi sangat berharga untuk dikaji. Sehingga,studi tentang karakteristik bangunan Art Deco di kawasan Kota Malang sangat diperlukan untuk menjaga performance wajah kota, dalam rangka melestarikan pusaka kota. Permasalahan yang selalu muncul untuk dikaji harus mampu menjawab tentang adanya pertanyaan seperti: Bagaimanakah karakteristik visual bangunan Art Deco di kawasan Kota Malang?
Keywords
Full Text:
PDF_31-37DOI: https://doi.org/10.26905/mintakat.v18i1.1396
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Indexing by
Index Copernicus International (ICI)
Tools:
Supported By:
MINTAKAT: Jurnal Arsitektur Mailing Address: Address: Jl. Terusan Raya Dieng No. 62-64, Malang, Indonesia, 65146 Phone/Fax: +62341-568395 Email: [email protected]
|