CIRI KHAS ARSITEKTUR RUMAH BELANDA (Studi Kasus Rumah Tinggal Di Pasuruan)
Abstract
Arsitektur rumah tinggal sebagai hasil kebudayaan adalah perpaduan suatu karya seni dan pengetahuan tentang bangunan, dengan demikian arsitektur juga membicarakan berbagai aspek tentang keindahan dan konstruksi bangunan. Dalam menelaah rumah-rumah kolonial tidak terlepas dari gaya arsitektur yang dibawa oleh Belanda pada saat itu. Ada tiga ciri yang harus diperhatikan untuk dapat memahami struktur ruang lingkup sosial kota kolonial, yaitu budaya, teknologi dan struktur kekuasaan kolonial. Keterbukaan sebuah kota pusat pemerintahan dan perdagangan mengharuskan adanya perkembangan komunikasi dan teknologi pada awal abad XX. Kota-kota lama di Jawa sampai dengan abad XVIII tidak mengalami perkembangan yang berarti. Kota-kota yang tidak mempunyai fungsi perdagangan umumnya menjadi kota pusat pemerintahan daerah.
Sebagai studi, dipakai kota Pasuruan untuk pengamatan bangunan kolonialnya. Berkenaan dengan adanya industri gula, maka Kota Pasuruan digunakan sebagai pusat penelitian gula pada masa itu. Belanda masuk ke Pasuruan pada tahun 1743, maka semestinya pembuatan rumah yang bergaya Belanda juga berkiblat pada gaya arsitektur asli di Belanda. Tulisan ini dibatasi pada gaya arsitektur yang terjadi pada masa arsitektur modern sampai dengan berpindahnya ibukota Karesidenan Pasuruan ke Malang (Juli 1928) dan runtuhnya industri gula (1930). Akibat perkembangan industri dan pengingkaran-pengingkaran terhadap keindahan karya seni, serta berbagai unsur yang tumbuh dalam kehidupan sosial dengan tidak adanya kontrol yang ketat, terlepaslah ikatan akan kebiasaan mencipta bangunan dengan menyertakan ragam hias. Sudah barang tentu masalah ini melibatkan berbagai masalah dan pandangan akan nilai-nilai yang sangat kompleks.
Tidak semua ciri arsitektur yang ada di Belanda diterapkan pada bangunan yang dibangun Belanda di Pasuruan. Terdapat 2 periode pembangunan rumah di Pasuruan, yaitu masa sebelum adanya Pusat Penelitian Gula dan sesudahnya. Adanya sistem rumah induk dan doorloop yang menghubungkan dengan fungsi service. Adanya penyesuaian terhadap iklim tropis di Indonesia pada rancangan rumah tinggal. Bahan utama untuk dinding yang digunakan adalah Bata, dengan ketebalan pasangan 1 bata. Cenderung sederhana permainan strukturnya dan minim ornamen.
Keywords
Full Text:
PDFDOI: https://doi.org/10.26905/mintakat.v4i1.1954
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Indexing by
Index Copernicus International (ICI)
Tools:
Supported By:
MINTAKAT: Jurnal Arsitektur Mailing Address: Address: Jl. Terusan Raya Dieng No. 62-64, Malang, Indonesia, 65146 Phone/Fax: +62341-568395 Email: [email protected]
|