KAJIAN PERUBAHAN PERMUKIMAN SUKU BAJO BERDASARKAN KONSEP TRANSFORMASI KEBUDAYAAN IGNAS KLEDEN

Muhammad Amir Salipu, Ahda Mulyati, Anggia Riani Nurmaningtyas, Imam Santoso

Abstract


Permukiman suku Bajo yang dikenal dengan permukiman di atas laut tersebar di beberapa wilayah perairan di Indonesia, salah satunya di wilayah pantai BajoE, Kabupaten Bone Sulawesi Selatan. Awalnya mereka tinggal di atas perahu, kemudian mengalami perubahan, mulai membuat rumah di atas alr, lalu berangsur-angsur bergeser membangun rumah di daratan. Perubahan permukiman dari laut ke daratan merupakan proses yang cukup lama dan dipengaruhi oleh lingkungan sekitar baik faktor fisik (alam) maupun non fisik (kebudayaan). Menurut Kleden, (1987), perubahan kebudayaan sebagai sebuah proses merupakan gerakan tiga langkah sesuai arah pandang perubahan yang dapat disebut sebagai proses transformasi kebudayaan. Transformasi kebudayaan, adalah perubahan pada sistem nilai (value system), kerangka pengetahuan dan makna (system meaning), tingkah laku, interaksi dan pelembagaan bentuk-bentuk interaksi. Konsep transformasi kebudayaan tersebut dapat dipergunakan untuk mengkaji transformasi permukiman suku Bajo di BajoE dari arah pandang perubahan fisik permukiman, sosial dan ekonomi. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kepustakaan, wawancara dan tinjauan lapangan untuk mendeskripsikan perubahan yang terjadi baik fisik maupun non fisik dari permukiman suku Bajo. Metode kepustakaan dipergunakan karena data yang berkaitan dengan masa lalu tidak dapat diamati secara empiris seperti pemahaman terhadap peristiwa masa lalu yang berkaitan dengan sejarah, persepsi dan sistem nilai budaya.  Berdasakan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa konsep trasnformasi kebudayaan Ignas Kleden dapat menjelaskan proses transformasi permukiman suku Bajo yang terdiri atas tiga langkah yaitu: integrasi, desintegrasi, reintegrasi (value system) dan orientasi, disorientasi, reorientasi (system of meaning). Di samping itu, perubahan kebudayaan akan merubah: Tingkah laku dari penerimaan pola, adakalanya melalui penolakan pola menjadi penerimaan pola-pola baru. Orang yang berinteraksi dari sosilisasi, melalui disosialisasi menjadi resosialisasi. Serta pemantapan bentuk-bentuk interaksi dari organisasi, melalui disorganisasi menjadi reorganisasi. Dampak dari perubahan lokasi tersebut terhadap aspek fisik adalah terjadinya perubahan pada: lokasi rumah (di atas laut ke daratan), bentuk, luas, dan tampilan rumah. Dampak pada aspek non fisik yaitu peningkatan aspek sosial ekonomi masyarakat suku Bajo di BajoE Kabupaten Bone.

---------------------------------------------------------------------------

The settlements of the Bajo tribe, which are known as settlements on the sea, are scattered in several water areas in Indonesia, one of which is in the BajoE coastal area, Bone Regency, South Sulawesi. At first they lived on a boat, then underwent changes, began to build houses on the river, then gradually shifted to building houses on land. Changes in settlements from sea to land is a long process and is influenced by the surrounding environment, both physical (natural) and non-physical (cultural) factors. According to Kleden, (1987), cultural change as a process is a three-step movement according to the direction of change which can be called a process of cultural transformation. Cultural transformation, is a change in the value system, the framework of knowledge and meaning (system meaning), behavior, interaction and institutionalization of forms of interaction. The concept of cultural transformation can be used to examine the transformation of Bajo tribal settlements in BajoE from the perspective of physical, social and economic changes in settlements. This research was conducted using literature, interviews and field reviews to describe changes that occurred both physically and non-physically from the Bajo tribal settlements. The library method is used because data related to the past cannot be observed empirically such as understanding past events related to history, perceptions and cultural value systems. Based on the results of the study, it was concluded that the concept of cultural transformation of Ignas Kleden can explain the transformation process of the Bajo tribal settlements which consists of three steps, namely: integration, disintegration, reintegration (value system) and orientation, disorientation, reorientation (system of meaning). In addition, cultural change will change: Behavior from acceptance of patterns, sometimes through rejection of patterns to acceptance of new patterns. People who interact from socialization, through being socialized into resocialization. As well as strengthening the forms of interaction from the organization, through disorganization into reorganization. The impact of the change in location on the physical aspect is a change in: the location of the house (above the sea to the mainland), the shape, area, and appearance of the house. The impact on non-physical aspects is an increase in the socio-economic aspects of the Bajo tribal community in BajoE, Bone Regency.


Keywords


Arsitektur. Perumahan dan permukiman

Full Text:

PDF

References


Baskara, B. (2016). Islam Bajo agama orang laut (V. D. Tutupary (ed.); 1st ed.). Javanica.

Bukit, E. S., Hanan, H., & Wibowo, A. S. (2012). Aplikasi metode N . J . Habraken pada studi transformasi. Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia V, 1(1), 51–62. https://jlbi.iplbi.or.id/wp-content/uploads/2012/07/V1N1-p051-p062-Aplikasi-Metoda-N.J.-Habraken-pada-Studi-Transformasi-Permukiman-Tradisional.pdf

Haerulloh, A. A., Nurrohmah, S. L., Alim, M., & Ampera, T. (2021). Identitas budaya dan sejarah suku Bajo di Bajo Pulau pascanomaden. METAHUMANIORA, 11(1), 75–90. https://doi.org/10.24198/metahumaniora.v11i1.32115

Hamka. (2017). Tipomorfologi kawasan permukiman nelayan pesisir. Jurnal Spectra, XV(29), 41–52. https://eprints.itn.ac.id/3170/1/761-61-1276-1-10-20170807.pdf

Hasrawaty, E., Anas, P., & Wisudo, Sugeng, H. (2017). Peran kearifan kokal suku Bajo dalam mendukung pengelolaan kawasan konservasi di Kabupaten Wakatobi. Jurnal Penyuluhan Perikanan Dan Kelautan, 11(1), 25–34. https://doi.org/10.33378/jppik.v11i1.83

Ikhsan, A. M., Hasriyanti, H., & Syarif, E. (2020). Pendidikan Formal Anak Dalam Perspektif Nelayan Suku Bajo di Kampung Bajo. LaGeografia, 18(3), 269. https://doi.org/10.35580/lageografia.v18i3.13606

Kleden, I. (1987). Sikap ilmiah dan kritik kebudayaan. (Ignas Kleden (ed.); 1st ed.). LP3ES.

Lampe, M. (2011). Dinamika kelembagaan sosial ekonomi orang Bajo. In S. Yoga (Ed.), Jagad Bahari Nusantara (1st ed., p. 160). Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata.

Mulyati, A., dan N. R., Burhany. (2019). Local Wisdom In Architecture Of Vernacular Water Settlement of Bajo People In Central Sulawesi. SMART: Seminar on Architecture Research and Technology, 3, 213–221. Retrieved from https://smartfad.ukdw.ac.id/index.php/smart/article/view/32

Mulyati, Ahda. (2015). Sama Di Lao’ sebagai dasar pembentuk arsitektur permukiman suku Bajo Pulau Kabaluta Sulawesi Tengah (Disertasi). Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Mulyati, Ahda, M. Najib, M., & N.R., Burhany. (2017). Pengetahuan Lokal Berbasis Mitigasi Bencana pada Pembentukan Permukiman ‘Orang Bajo’ di Perairan Sulawesi Tengah. G063–G070. https://doi.org/10.32315/ti.6.g063

Salipu, A. (2000). Transformasi permukiman Suku Bajo di Kelurahan BajoE, Kota Administratif Watampone (Tesis). Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.

Salipu, M. A., Nurmaningtyas, A. R., & Nashruddin, I. ilah. (2018). Kajian Teori Turner: Prioritas kebutuhan permukiman dan tingkat pendapatan Studi kasus: Permukiman Bajo, Kelurahan Bajoe, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Median Arsitektur Dan Planologi, 8(1), 108–115. https://ojs.ustj.ac.id/median/article/view/972/692

Salipu, M. A., & Zebua, M. T. (2021). Simbol keamanan dalam permukiman suku Hubula di Lembah Baliem, Papua. Median Arsitektur Dan Planologi, 11(02), 1–9. http://www.ojs.ustj.ac.id/median/article/view/931/670

Soedjatmoko. (1995). Dimensi manusia dalam pembangunan (Soedjatmoko (ed.); 4th ed.). LP3ES.

Suryanegara, E., Suprajaka, & Nahib, I. (2015). Perubahan sosial pada kehidupan suku Bajo: Studi kasus di Kepulauan Wakatobi , Sulawesi Tenggara (Social change on Bajo Tribe : Case study in Wakatobi Islands , Southeast Sulawesi). Majalah Globe, 17(1), 67–78. https://adoc.pub/perubahan-sosial-pada-kehidupan-suku-bajo-studi-kasus-di-kep.html

Wenda, C., Nurmaningtyas, A. R., Salipu, A., & Nashruddin, I. I. (2021). Penataan pemukiman Kampung Tobati di Kota Jayapura dengan pendekatan arsitektur tradisional suku Tobati, Papua. Jurnal MEDIAN Arsitektur Dan Planologi, 11(02), 23–30. https://ojs.ustj.ac.id/median/article/view/935/674




DOI: https://doi.org/10.26905/jam.v23i2.7830

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


 

Indexing by

width="150"

Garuda - Garba Rujukan Digital

SINTA - Science and Technology Index

Index of /public/site/images/septi

 

Index Copernicus International (ICI)

Tools:

Turnitin

crossref

Mendeley

Supported By:

Universitas Merdeka Malang




MINTAKAT: Jurnal Arsitektur

Mailing Address:

Address: Jl. Terusan Raya Dieng No. 62-64, Malang, Indonesia, 65146
Phone/Fax: +62341-568395
Email: mintakat.arsitektur@unmer.ac.id