Mempertahankan Kearifan Lokal Rumoh Aceh dalam Dinamika Kehidupan Masyarakat Pasca Gempa dan Tsunami

Authors

  • Widosari Widosari Jogja Heritage Society

DOI:

https://doi.org/10.26905/lw.v2i2.1372

Keywords:

kearifan lokal, rumoh Aceh, adaptive reuse, redesign, infil ldesign

Abstract

”Belajar dari pengalaman” rumoh Aceh (rumah kayu berbentuk panggung) pasca gempa dan tsunami 26 Desember 2004 merupakan suatu langkah penting mengingat kearifan lokal bukan aturan tertulis namun hanya petuah (hadih maja) yang mudah ditinggalkan. Rumoh Aceh mampu bertahan dari gempa dan tsunami karena strukturnya yang saling mengunci dan rigid maupun pemilihan bahan dan perhitungan proporsi serta skala yang tepat. Namun dua faktor kelemahan rumoh Aceh perlu dicermat. Faktor pertama, sifat kayu. Faktor kedua, dinamika penghuni. Contohnya toilet dan sumur yang di luar rumah sulit diakses oleh orang lanjut usia atau para penyandang cacat. Dulu konsep ini merujuk pada nilai agama bahwa rumah harus suci karena rumah berfungsi juga sebagai tempat ibadah. Adaptive reuse (alih fungsi) kemudian menjadi alternatif agar rumoh Aceh tetap dapat digunakan sebagai tempat tinggal, misalnya sudut seramboe likot (ruang belakang) di-redesign (dirancang ulang) menjadi toilet dan sumur. Adaptive reuse lainnya dapat dijadikan contoh baik seperti alih fungsi sebagian seuramoe keue(ruang depan) menjadi galeri; lantai dasar menjadi warung; serta kamar menjadi homestay. Infill design (penambahan desain elemen) juga merupakan ide lain, misalnya penambahan balok diagonal, ramp, dan bordies. Hal-hal tersebut merupakan input yang tepat untuk mempertahankan kearifan rumoh Aceh dalam dinamika kehidupan masyarakat pasca gempa dan tsunami.

Downloads

How to Cite

Widosari, W. (2017). Mempertahankan Kearifan Lokal Rumoh Aceh dalam Dinamika Kehidupan Masyarakat Pasca Gempa dan Tsunami. Local Wisdom : Jurnal Ilmiah Kajian Kearifan Lokal, 2(2), 27–36. https://doi.org/10.26905/lw.v2i2.1372

Issue

Section

Articles