Abstract
Korosi sebagai salah satu proses elektrokimia menghasilkan dampak yang buruk dan merugikan. Selain kerusakan peralatan-peralatan yang terbuat dari logam, korosi juga secara tidak langsung dapat mempengaruhi kinerja suatu peralatan. Efek negatif semakin terlihat jelas apabila korosi menyerang peralatan yang berhubungan dengan kelestarian lingkungan. Salah satu contoh adalah boom burner yang digunakan di industri minyak bumi dan gas alam. Tujuan dari penelitian adalah untuk menganalisa penyebab terjadinya korosi pada pipa, efek-efek yang ditimbulkan serta membandingkan laju korosi antara 2 (dua) anoda korban, yaitu; aluminium dan seng. Metode perlindungan katodik sebagai salah satu cara mengurangi laju korosi telah banyak di pergunakan pada industri-industri di masa sekarang ini. Penelitian ini dilakukan selama 720 jam dengan memanfaatkan aluminium dan seng sebagai anoda korban. Setiap 72 jam, dilakukan pengambilan data ketebalan pipa menggunakan thickness tester. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab utama terjadinya korosi pada pipa boom burner adalah sisa air yang masih menggenang di dalam pipa. Perolehan data yang diambil pada bagian bawah pipa, boom burner yang tidak diproteksi mengalami laju korosi sebesar 9,8972 mpy. Penggunaan seng sebagai anoda korban berhasil mengurangi laju korosi hingga 3,0295 mpy, sedangkan aluminium lebih mampu mengurangi laju korosi hingga 2,2710 mpy.
Keywords
Anoda Karbon; Korosi; Laju Korosi; Thickness Tester
References
Jonnes, Denny A., 1992, Principless and Prevention of Corrosion.
Det Norske Veritas (DnV) RP-B401,1993, Cathodic Protection Design
Fontana M.G., 1987, Corrosion Engineering, Singapore, Mc, Graw Hill
NACE RP0169, Control External Corossion on Underground or Submerged Metalic Piping System.
Oxtoby, David W., 2001, Prinsip-Prinsip Kimia Modern, Jakarta, Erlangga.
Prentice. G., 1991, Electrochemical Engineer-ing Principles, New Jersey, Prentice Hall.
Supardi, Rahmat, 1997, Korosi, Bandung, Gramedia.